Total Tayangan Halaman

Senin, 09 Januari 2012

UANG PANAI DALAM TINJAUAN TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN



Dia begitu gelisah saat mengetahui bahwa gadis yang selama empat tahun belakangan ini  menjadi pujaan hatinya terancam tidak jadi dilamar hanya karena bakal calon mertuanya meminta lebih dari batas kemampuannya sebagai PNS golongan 3 yang baru terangkat tahun lalu. Tabungannya selama setahun terakhir yang memang dia persiapkan untuk itu ternyata belum cukup dan bahkan belum sampai setengah dari jumlah yang diminta oleh bakal calon mertuanya.
Ia pusing bukan kepalang, pikirnya dalam hati..” kenapa ya, cintaku begitu tertindas oleh materi dan keinginan-keinginan semu keluarganya hanya untuk mengangkat prestise keluarga atas nama budaya. Apakah aturan adat memang begitu  mengekang dan menindas..? …. Ataukah,  ternyata budaya bugis-makassar memang sangat kapitalis…?”. Si gadis memang  masih keturunan bangsawan, dan sudah naik haji, ini menjadi syarat pemberat baginya yang hanya keturunan orang maradeka (dalam stratifikasi masyarakat bugis)..
Dalam kalkulasi ekonomi, sepeti diuraikan dalam teori permintaan dan penawaran bahwa yang mempengaruhi permintaan adalah selera, harga barang, harga barang subtitusi, dan lain-lain (dalam kondisi ceteris paribus). Kondisi ini dapat dituangkan dalam rumus yang  mungkin juga bisa berlaku pada penetapan uang panai :
Text Box: (Qd = F.(Px, Py, Ine,T,S, Pop,F) 

Keterangan:
yang mempengaruhi permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh faktor-faktor,diantaranya: 
(Px) Harga barang itu sendiri,
(Py) Harga barang lain,
(Inc) Pendapatan konsumen,
(T) Cita rasa,
(S) Iklim,
(Pop) Jumlah penduduk,
(F) Ramalan masa yang akan dating.

Meminjam kerangka persamaan dalam teori permintaan ketika dikonfersi dalam melihat penentuan jumlah Uang Panai maka rumusnya:
Text Box: (Qd = F.(SS,J, Hj,US, E. F)                                                                                                       

                                                                                    
Keterangan :
Dari rumus diatas yang mempengaruhi uang panai adalah :
(Qd) jumlah uang panai,
(SS) status  social,
(J)  pekerjaan perempuan (job),
(Hj) perempuan sudah naik Haji,
(US)  ada kakaknya yang belum menikah =unmarried sister (mebbele’),
(E) tingkat pendidikan perempuan.
                Jadi dalam teori permintaan, “kualitas barang”  sangat mempengaruhi jumlah uang panai, dan barang akan terjual ketika pembeli memiliki kemampuan yang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan (Y).Belum lagi ketika terjadi inflasi atau kenaikan harga BBM yang memiliki efek domino yang mengakibatkan harga barang lain juga ikut naik termasuk uang panai
Uang panai dalam perspektif  teori pasar
Ibarat sebuah penetapan harga dalam pasar persaingan sempurna (pasar oligopoly) maka ada tawar menawar harga. Begitu juga dalam penetapan uang panai, ada tawar menawar dari pihak laki-laki kepada  pihak perempuan dalam sebuah acara semi-formal untuk mengetahui sejauh mana kesanggupan laki-laki dengan mempertimbangan kondisi perempuan.  Apabila dalam tawar-menawar tersebut ada kesepakatan harga maka akan berujung bahagia, tetapi apabila tak ada kesepakatan terkadang akan berujung tragis misalnya kawin lari (silariang) yang akan menimbulkan cemoohan keluarga dan biasanya akan berujung pada pemutusan hubungan keluarga (PHK).
Begitulah ketika ada komersialisasi atas nama budaya (bagi mereka yang kurang paham tentang substansi budaya itu) dan terkadang legalisasi “cinta” dijadikan komoditas ketika dibenturkan dengan budaya khususnya budaya bugis-makassar,
Nabilang art2 tonic kalau mauko protes…. protes ko sama nenek moyang….

Minggu, 24 April 2011

Nilai kearifan local dalam perjuangan mahasiswa

gerakan mahasiswa sering di idientikkan dengan sebuah gerakan moral, gerakan untuk sebuah perubahan yang lebih baik yang lahir dari sebuah kondisi yang bobrok, carut-marut, compang-camping dan sebagainya yang dimana adanya sebuah kondisi di mana terjadi ketimpangan social, ekonomi atau politik yang di akibatkan oleh sebuah resim otoriter, kebijakan structural yang menindas, ataukah sebuah kondisi yang tidak sesuai dengan idialisme yang lahir dari realitas ataukah lahir dari tumpukan buku, diskusi dan sedikit wejangan dari senior tentang arti pentingnya sebuah perubahan ketika terdapat kondisi yang menindas ataukah membatasi kebebasan kita.

Ilusi tentang perubahan tak akan terjadi ketika tidak di sikapi dengan gerakan, maka mahasiswa (yang katanya agen of change) selalu tampil di depan, menyuarakan aspirasi masyarakat, fungsi mahasiswa sebagai midle of class (kelas pertengahan antara penguasa dan rakyat),

Nilai kearifan local masyarakat bugis – Makassar sebagai salah satu sprit perjuangan

Kearifan local masyarakat terkadang menjadi sesuatu hal yang usang ketika berhadapan dengan budaya popular yang di bawa oleh agen kapitalis – neoliberalisme melalui media, dan sangat berkepentingan untuk mendistorsi makna kearifan local sebagai sebuah spirit dan nilai menjadi sebuah simbolitas belaka, bagi generasi yang buta makna dan sedikit ego symbol.

Sebuah kepentingan Negara-negara kapitalis untuk menguasai kekayaan alam yang ada di negeri ini dengan cara menjajah secara halus lewat proses hegemoni media dan menggeser pola lama yaitu pola dominasi seperti yang terjadi di masa penjajahan dulu, namun terkadang masyarakat terlelap dan tak sadar bahwa kekayaan alamnya di rampok, ketidak sadaran masyarakat ini lebih di akibatkan oleh adanya hegemoni lewat media, kurikulum pendidikan, dan sebagainya, dan di hadirkanlah budaya popular sebagai pengejewantahan budaya kapitalis agar masyarakat di didik menjadi konsumeris sejati dan juga menggeser makna budaya bugis-makassar yang penuh perlawanan, anti penindasan, dan kemerdekaan menjadi sebuah masyarakat yang sedikit pesimis dan cari aman, makanya budaya cendrung di jadikan aktifitas simbolik belaka dan sebuah keharusan saat ini untuk mempelajari nilai dari budaya tersebut sebagai jatidiri yang sanagat kontekstual di sebuah peradaban dengan masalah yang sangat kompleks.

Siri sebagai nilai perjuangan

Siri berarti harga diri masyarakat yang tertuang dalam prinsip dalam diri masyarakat bugis- Makassar, sebagaimana paseng yang berbunyi “ siri e mitu riatuongeng rilino”, ko degage siri mu inreng-inreng ko Isiri” maksudnya: hanya siri kita hidup di dunia, kalau kau tidak punya siri, pinjamlah nilai siri itu, orang yang tak punya haga diri tak usahlah hidup di dunia, kalau memang tak punya harga diri, pinjamlah harga diri itu. Siri ketika bersentuhan dengan mahasiswa maka keharusan mahasiswa memperjuangkannya lewat perbuatan karena pengetahuannya. Siri ketika sumberdaya alam kita di rampok oleh bangsa asing makanya raja-raja dulu mati-matian mempertahankan sejengkal-demi sejengkal tanahnya dari penjajah, siri ketika raja kita berbuat lalim makanya tak sedikit raja yang di usir bahkan di bunuh oleh rakyatnya sendiri karena bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Kemerdekaan dalam perjuangan mahasiswa

Kemerdekaan dan nilai demokrasi di kenal nama ade’ amaradekangeng merupakan sebuah prinsip kebebasan masyarakat yang tidak mau di tindas baik bagi rajanya maupun dari bangsa lain, kedaulatan di tangan rakyat sebagaimana paseng yang berbunyi “ russa taro arung terrussa’ taro ade’, russa’ taro ade’ terrussa’ taro anang, russa taro anang terrussa’ taro tau ega” : batal ketetapan raja tapi tak batal ketetapan adat, batal ketetapan adat tapi tak batal ketetapan tokoh masyarakat, batal ketetapan tokoh masyarakat tapi tak batal ketetapan masyarakat banyak, dan masyarakat dalah pemilik kekuasaan/ kedaulatan dan banyak raja ketika berindak sewenang-wenang diusir dari negrinya bahkan di bunuh oleh rakyatnya sendiri misalnya: arungmpone la inca matinroe ri addennenna yang bertindak sewenang-wenang dan di bunuh sendiri oleh rakyatnya (arung majang ), la pateddungi batara wajo III yang di bunuh oleh rakyatnya seniri karena gemar memperkosa rakyatnya dan sebagainya.

Ketika masyarakat di batasi aksesnya baik secara politik, ekonomi, social, dan budaya/ masyarakat di jajah, maka yang terjadi adalah perlawanan ataukah pergi meninggalkan negrinya (massompe’) dan fenomena inilah yang terjadi di bugis-makassar karena jiwa kita yang merdeka dan tidak mau di tindas,

Organinisasi mahasiswa daerah sebagai wadah perjuangan.

Oraganisasi mahasiswa daerah yang dikenal dengan nama organda adalah wadah mahasiswa dari suatu daerah sebagai pelekat identitas mereka, fenomena sekarang (maaf, mungkin sedikit over generalisasi) banyak organda hanyalah di jadikan alat politik oleh tokoh politik local, lebih mementingkan hura-hura dan huru hara, penokohan sepihak yang dari slah satu sudut pandang saja terhadap pahlawan local di sebuah sisi akan melahirkan fanatisme sempit bagi mahasiswa dari daerah yang berujung munculnya konflik yang dari dulu sudah selesai akhirnya muncul kembali (jagonya ji berkelahi na contoh tapi nilai kearifannya na buang), elitis, rasis, narsis dan sebagainya

Maka disinalah perlu diluruskan kembali eksistensi organda, dan arti pentingnya pengenalan wacana budaya setempat dan mengangkat kembali wacana yang terpendam sebagai spirit perjuangan ,, organda merupakan sebuah wadah perjuangan,,

(catatan dalam renungan)

Wassalam..

Kamis, 21 April 2011

KARTINI DAN SEKELUMIT CERITA TENTANG PEREMPUAN

Dia berjalan menyusuri anak tangga, sambil mengendong anaknya yang masih berumur tiga bulan empat belas hari, di tangan kanannya dia menjinjing keranjang hitam hasil belanja di pasar, dengan langkah tergesa dia pulang kerumahnya…takutnya ketika suaminya pulang makanan belum terhidang, bukannya takut dimarahi oleh suaminya tapi dia merasa malu pada suaminya yang sedang mencari nafkah..

Sumiem nama peremprempuan tersebut , perempuan jawa bekas TKI di Arab Saudi, semenjak menikah dia punya dua tanggung jawab yaitu mendidik anak dan sebagai “pelayan” dalam rumah tangganya..dia tak mengerti tentang jender ataupun sekelumit persoalan tentang masalah perempuan, bahkan siapa itu tokoh pergerakan perempuan pun ia tak tahu..yang dia tahu hanyalah nyanyian ibu kita kartini yang sering di dengungkan dulu waktu masih sekolah dan mengenai ibu kita kartini pun yang dia tahu hanya sebatas gambar perempuan cantik berkonde dan berkebaya,

………

Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

…….

R.A kartini adalah salah satu tokoh pahlawan perempuan yang memperjuangkan emansipasi, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Laris-manisnya R.A kartini tak lepas buku karya Armijin Pane “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan terjemahan dari surat-surat R.A. Kartini yang telah dibukukan oleh Mr. Abendanon dalam Van Duisternis to Licht, ….bahkan H. Rhoma Irama pun berbicara masalah perempuan dalam lagunya “Emansipasi Wanita”..

…..

Majulah wanita, giatlah bekerja
Namun jangan lupa tugasmu utamamu
Apa pun dirimu
Namun kau adalah ibu rumah tangga

……..

Banyak tokoh berbicara tentang perempuan, dan semakin bayak pula masalah perempuan yang muncul ke permukaan..

Wacana yang mengemuka selama ini perempuan selalu ditempatkan pada posisi subordinat dan menurut catatan Bank Dunia,” diskriminasi gender yang menghalangi kesetaraan dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, kekuasaan dan partisipasi politik antara laki-laki dan perempuan”. Dalam konteks ini, kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif,

Namun pertanyaan yang muncul kemudian, apakah hipotesis Bank dunia ini benar adanya ataukah sebuah generalisasi terhadap kondisi perempuan di Negara dunia ketiga..?? apakah ini berlaku di Indonesia ataukah cukup dengan surat-surat R.A kartini kemudian mejadi sebuah generalisasi tertindasnya perempuan di nusantara pada saat itu..

Tak bisa di pungkiri bahwa sebagian wilayah di nusantara telah lebih dulu menerapkan kesetaraan gender dari mereka yang membicarakan kesetaraan tersebut..

Raden dewi sartika yang merupakan tokoh pendidikan..

Tengoklah cerita tentang Cut Nyak Dien yang meneruskan perjuangan suaminya Teuku Umar melawan kompeni yang hendak menguasai aceh ,

Tengoklah tentang sejarah kerajaan Gowa yang To Manurungnya adalah seorang perempuan “manurung e ri tamalate” yang menikah dengan Karaeng Bayo, dikisahkan bahwa pada saat itu Negara dalam kondisi chaos maka muncullah sosok perempuan menjadi pemeresatu dan sembilan pemimpin komunitas yang bergelar bate salapang mendaulatnya menjadi raja pertama / somba gowa pertama dengan prosesi yang sangat demokratis dan disertai dengan kontrak politik antara To Manurung dengan rakyatnya. Begitupun tokoh perempuan di semenanjung Sulawesi seperti raja bone I Berrigau Dammaroa, to manurung ri gorie (soppeng),

Tengoklah cerita tentang Martha Christina Tiahahu pejuang asal Maluku yang berjuang bersama Thomas Matualessy melawan dominasi kompeni belanda yang hendak mengusai pusat rempah-rempah di Maluku.

Dan masih banyak lagi permpuan tangguh yang ada d inusantara ini yang kesannya jauh dari ketertindasan dan justru kebalikanya ketika kita berbicara tentang budaya minang.

Melihat cerita tentang beberepa tokoh perempuan tangguh di atas (bukan bermaksud mengeneralkan kondisi perempuan di nusantara), ini menjadi tambahan referensi tentang sejarah perempuan dan masalahnya di nusantara…

Berbicara tentang keterbatasan perempuan yang selalu dianggap menjadi subordinat , kebijakan tentang masalah prempunan oleh pemerintah, misalnya soal keterwakilan 30 % suara perempuan di DPR, yang diawal berniat untuk mengangkat kesetaraan perempuan malah justru membatasi perempuan..

Sumiem sadar betul kondisinya sebagai perempuan dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya.Ia tak peduli akan mereka yang berbicara tentang masalah perempuan , gender atau sejenisnya, Sumiem pun tidak merasa tertindas, …ataukah mungkin orng-orang itu saja yang mengatakan dirinya tertindas dan memperjuangkan haknya…….kalau begitu…silahkan mi berjuang

(catatan dari depan tangga)

Minggu, 17 April 2011

RAKYAT : ANTARA “KONSTITUEN” DAN ”FANS”

Politisi dan selebritis adalah dua pesohor yang dibesarkan oleh media dan masing-masing membutuhkan rakyat agar tetap eksis, media sangat berperan membentuk image masyarakat tentang mereka, dan mereka sangat membutuhkan media agar terkenal, namun disini kita coba memlihat mereka memposisikan msyarakat pemuja mereka (terlepas dari sebagian sebritis yang berevolusi menjadi politisi atau politisi yang menjadi selebtis : seperti dua ekor politisi yang menjadi actor dalam film laksamana ceng ho DAN TERLEPAS DARI KISAH SEORANG TEMAN YANG SERING MENGANGGAP JUNIORNYA ATAU TEMANNYA SEBAGAI FANSNYA).

Politisi sering menyebut mereka sebagai konstituen sedangkan selebritis menyebut mereka sebagai fans.

Semakin banyak konstituen seorang politisi maka potensi untuk menjadi anggota dewan/ pejabat eksekutif semakin kuat ataukah minimal sekedar menjual pengklaiman atas konstituen sebagai kekuatan nilai tawar dan akhirnya jabatan uang dan proyek-proyek pun mulus sedangkan selebritis semakin banyak fans mereka maka ratingnya pun semakin naik, tawaran manggung atau main film/sinetron dan jadi bintang iklan pun semakin banyak , menjadi selebritis papan atas dan akhirnya kantongnya pun tebal.

Modal politisi agar konstituennya bertambah banyak adalah janji-janji, uang, dan sedikit kecerdasan, startegi dan taktik sedangkan modal selebritis agar tetap dipuja adalah tampang, suara, dan keterampilan berakting.

Namun ada hal unik ketika mereka sedang diwawancarai, kata-kata yang sering di gunakan politisi ketika dia memposisikan dirinya sebagai subjek adalah “kami” sedangkan selebritis sering menggunakan kata “aku”..

Sifat sebagian politisi terkadang pembohong, penipu, mengabaikan janji-janjinya saat kampanye dan menghianati konstituennya, sedangkan selebritis cenderung menghibur fansnya namun ketika ada sesuatu hal yang buruk maka fansnya akan lari, itu karena dia memposisikan diri sebagai intertainer sedangkan dalam konteks politisi penuh dengan intrik, kemunafikan, dan hasrat berkuasa di tambah penciteraan buruknya sehingga melahirkan rasa antipati dari masyarakat konstituennya.

Konstituen selalu meminta pertanggungjawaban politisinya karena posisi politisi terikat kontrak dengan konstituennya saat kampanye sedangkan selebritis dan fansnya merupakan dua variable bebas yang tidak terikat kontrak. Dan posisi srtuktur antara politisi dan selebrtis berbeda dalam hubungan antara mereka.

Namun cara masyarakat memadang kedua juga beda..

“Namun sebagian besar politisi memperlakukan konsituennya sebagai fans nya”